Belajar dari Kekeliruan Nokia


Belajar dari Kekeliruan Nokia

Belajar dari Kekeliruan Nokia: Jangan Terlalu Nyaman di Zona Aman

Belajar dari Kekeliruan Nokia, Revolusi industri yang dimulai pada awal abad ke-18 telah menggerakkan pengembangan pesat di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam teknologi. Teknologi berkembang pesat karena manusia selalu mencari alat yang lebih cepat dan praktis. Perkembangan ini dapat kita saksikan dari berbagai perangkat keras dan lunak yang telah diciptakan, seperti komputer, smartphone, Android, dan Windows.

Pengembangan Teknologi dan Inovasi: Menciptakan Masa Depan

Pengembangan teknologi adalah bentuk inovasi yang mengubah sistem lama menjadi yang lebih baru. Konsep ini fokus pada sektor manufaktur yang didasarkan pada riset dan pengembangan (R&D), dengan menekankan kecepatan proses, pembaruan produk, serta kapasitas untuk menangani data dalam jumlah besar (Butler, 1988; M. Li, Zhang, dan Hu, 2017; Teece, 2010).

Nokia: Dari Raksasa ke Kejatuhan

Salah satu perusahaan yang pernah menjadi pionir dalam pengembangan teknologi, khususnya di sektor gadget, adalah Nokia. Didirikan pada tahun 1865 oleh Fredrik Idestam di Finlandia, Nokia awalnya merupakan pabrik pengendalian bubur kertas dan karet. Namun, pada tahun 1967, Nokia bertransformasi menjadi perusahaan yang beroperasi di sektor kabel telepon dan elektronik setelah bergabung dengan Finnish Rubber Works.

Pada tahun 1981, Nokia meluncurkan ponsel pertama mereka, Mobira Senator, yang diproduksi oleh anak perusahaan mereka, Mobira. Masuknya Nokia ke dunia ponsel mengawali perjalanan panjang mereka untuk menciptakan perangkat komunikasi yang ikonik, dengan Nokia 1101 yang mendukung jaringan GSM sebagai salah satu produk penting pada tahun 1990-an.

Menghadapi Persaingan: Kesalahan yang Membuat Nokia Terpuruk

Namun, pada tahun 2007, Nokia menghadapi tantangan besar. Peluncuran iPhone 2G oleh Steve Jobs membawa perubahan besar dengan layar sentuh dan sistem operasi yang lebih canggih. Menyadari persaingan yang semakin ketat, Nokia merilis Nokia 5800 XpressMusic dengan fitur layar sentuh dan Ovi Store, namun masih belum mampu mengatasi dominasi Apple.

Masuknya Android pada tahun 2010 semakin mengguncang dominasi Nokia. Nokia, bersama Intel, mengembangkan MeeGo untuk bersaing dengan Android dan iOS, namun proyek ini tidak berjalan lancar. Pada 2011, Nokia beralih ke Windows Phone bekerja sama dengan Microsoft, meluncurkan Nokia Lumia 800, namun sistem operasi ini tidak mendapat sambutan hangat. Penjualan Nokia Lumia merosot drastis, menyebabkan harga saham Nokia terus jatuh.

Peralihan Organisasi: Pentingnya Menyesuaikan Diri

Di dunia yang bergerak cepat, perubahan dalam organisasi sangat penting untuk bertahan. Perusahaan harus mampu beradaptasi dengan peralihan eksternal yang mencakup teknologi, ekonomi, persaingan, serta kondisi sosial dan global. Sayangnya, Nokia gagal dalam hal ini, dengan banyaknya kekebalan terhadap perubahan dan komunikasi internal yang buruk.

Kebangkitan Nokia: Belajar dari Kesalahan

Setelah beberapa tahun berada dalam kesulitan, Nokia mulai menyadari kesalahannya. Pada Maret 2017, Nokia kembali dengan peluncuran Nokia 3, 5, dan 6 yang berbasis Android, menandakan kebangkitan mereka di industri smartphone setelah tiga tahun vakum.

Kesimpulan: Pelajaran dari Kekeliruan Nokia

Menghadapi perubahan dengan keengganan atau terlalu nyaman di zona aman bisa berakibat fatal. Nokia gagal beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan teknologi, namun kini, dengan strategi baru dan pengembangan berbasis Android, mereka kembali berusaha mengejar ketertinggalan.

Baca Juga : Berita Elektronik Lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *